Milik Tuhan
Untuk Diah Novita Dewi, Temanku Semangatku masih membara, membakar udara pagi yang masih nakal menggelitik rasa malas. Langkahku pasti, menuju suatu tempat dimana akan ku habiskan seharian waktuku bersama teman-teman. Meskipun harus ku pijaki berkilo-kilo meter semerautnya karpen aspalan yang menghitam itu. Meskipun harus ku tanggalkan nyamannya selimut hangat bak dekapan ibu. Meskipun harus ku lawan rasa rinduku yang masih mengakar kepada kedua adik laki-lakiku, kedua jagoan mamah dan papah, adik yang selalu menjadi obat dari rasa lelahku. Yaa.. hampir setiap hari ketika sang ufuk timur masih termalu-malu dengan cantiknya bunga-bunga yang bermekaran, aku sudah berada di suatu tempat dengan keramaian suara klakson dan mesin-mesin canggih dengan bentuk serupa bernama jalanan. Tiada yang aneh dengan pagi itu, seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah selalu aku sempatkan untuk berpamitan kepada mamah dan papah. Masih ku sempatkan melihat wajah kedua orang tuaku, kedua sosok yang