Surat Merah Jambu

kembali. memori kecil itu kembali terusik bak putaran film yang terus menggulung mereview setiap amarah yang pernah terlontar diantara kita dulu. Entah sepertinya aku dan kamu memang tak benar-benar bisa menjadi kita. Atau memang Tuhan mentakdirkan kita untuk melaju dalam rel yang berbeda. Kamu dengan jalan pilihanmu dan aku yang masih terdiam pada waktu yang sempat mempersatukan kita.

Sampai tiba waktunya aku dan kamu tak lagi saling mengenal, tak lagi saling menyapa bahkan bertikai seperti dulu. Semuanya sama sayang, sama seperti saat aku belum mengenalmu, belum sempat merasakan manisnya jatuh cinta. Sayang, matamu masih bisa ku lihat bahkan tawa renyahmu masih dapat ku nikmati dibalik pilar bangunan violet itu, mungkin kamu tak tau, tak sadar bahwa disetiap detik pandanganku padamu memiliki separsel harapan penuh untuk dapat kembali bersamamu.

sayang, aku masih terdiam menikmati putaran memori yang masih tergambar jelas. Disaat itu aku masih menikmati kasih sayang darimu.disaat aku dan kamu masih menjadi kita. Sayang, tidak kah kamu rindu dengannya? Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Sayang aku masih mengalun dalam imajinasi yang sempat aku bangun untuk kita. Sebagian dari impianku hilang bersama kamu dan waktu. Kenangan yaa semuanya telah menjadi kenangan.


Comments

Popular posts from this blog

Resume Buku "Zero to Hero"