The True Love

Pipinya memerah, bengkak dan sakit; akibat belaian panas dari kedua saudaranya. ia hanya menunduk. entahlah apakah ia memang telah benar benar merasa bersalah atau enggan untuk berkomentar. "abang nggak pernah ngajarin kamu jadi preman, yang suka mabok mabokan, kabur kaburan dan jadi sampah masyarakat kayak gini!! bikin malu keluarga!!" terdengar samar suara kemarahan dari balik kamar. ia masih tetap menunduk, tak sepatah katapun meluncur dari mulutnya yang beraroma alkohol. entahlah aku tak mengerti dengan jalan pikirannya. dia telah berbeda. tak seperti lelaki yang aku kenal. ia berubah semenjak airi meninggalkan persahabatan kita dan juga farhan. aku tertegun, langkahku terhenti, air mataku tak lagi dapat ku bendung. dari balik lorong kamar aku masih mengharapkan agar farhan baik baik saja. sore itu farhan benar benar merasakan panasnya amarah kedua kakanya. mungkin saat itu ia tak pernah lagi merasakan pelukan hangat dari sebuah keluarga.
"tak tak tak" terdengar langkah kaki keluar dari kamar farhan. langkah sempoyongan dan tak bergairah dari kaki lelaki yang selama ini mrnjadi sahabat karibku. aku masih saja melongo dan berusaha tak mendengar apa apa. menghusap air mata kesedihanku, menggantinya dengan senyum kehangatan.
"ngapain lo disini? pergi!" begitulah farhan tak mau oranglain melihat masalahnya termasuk aku. "kamu baik baik saja?" tanyaku tanda peduli padanya "sudah kamu pulang saja. ngapain disini?" farhan masih saja beku, dingin. "apa karena airi, kamu jadi seperti ini? apa karena tak ada lagi tangan yang mampu menghusap airmatamu? sini biarkan aku! aku masih disini, tak sedikitpun meninggalkan kamu!" kataku sembari menggenggam tangan farhan. "ah sudah ini bukan urusanmu! aku mohon kamu pergi!" kata farhan. "aku sayang kamu! aku menyayangimu lebih dari kamu menyayangi airi, sejak dari dulu." kataku sembari meletakkan martabak kesukaannya ke lantai. langkahku bergetar, tak sanggup rasanya melihat farhan seperti ini. airmataku deras mengucur seakan tak pernah tau cara berhenti.
kini setelah gelap melalap sore itu, tak pernah lagi ku dapati kabar darinya. entah tak selembar surat pun menyambar ke alamat rumahku. bahkan pesan singkat darinya yang kerap menghentam deras ponselku tak lagi berbunyi. "kamu kemana farhaaaaan??" gugamku dalam hati. menghawatirkan keadaannya saat ini. berharap Allah selalu menjagamu disana. di belahan dunia yang tak ku deteksi keberadaannya. semenjak amarah kakanya sore itu, farhan telah benar benar menutup diri dari dunianya. bersembunyi dibalik rasa ketakutan dan tak percaya diri. mungkin ini tak sepenuhnya kesalahan farhan. karena bagiku farhan yang ku kenal adalah sosok lelaki penyayang dan dewasa. semenjak meninggalnya airi, perempuan yang begitu ia cintai, sosok kekasih sekaligus sahabat yang selama ini menjadi tulang rusuk pelebur sifat kerasnya. ia hanya merasa kehilangan. kehilangan yang begitu mendalam. ia cuma butuh pengertian. rasa pengertian dari orang orang yang ia sayangi. sudah lebih dari dua bulan farhan menghilang. menghilang tanpa jejak. yang ku dengar hanya kabar burung tanpa kebenaran. hanya berita yang membumbungkan harapan palsu.

pagi itu saat semuanya berjalan normal tanpa kabar dari farhan, tiba tiba ponselku berdering, tak biasanya sepagi ini seseorang memberiku pesan, ya kecuali dulu sebelum farhan menghilang. pesan singkat dari nomor yang tak ku kenali. nomor yang membuatku terkejut sekaligus bahagia.
"hei ngek! apakabar lo? pasti lo kangen gue yak sekarang? haha jangan cemasin gue ya. gue baik baik aja disini. sekarang gue ada ditempat ternyaman sepanjang hidup gue. tempat dimana gue ngerasa airi hadir kembali dikehidupan gue. baik baik ya lo disana. salam buat tante dan om"
ya Tuhaaan ini pesan dari farhan. farhan seseorang yang aku cari selama ini. tanpa pikir panjang akupun mencoba menelfon nomor misterius itu. mencoba memastikan bahwa itu adalah farhan, "ya benar benar farhan". kataku meyakinkan diri. namun ah sial telfonku tak pernah ada jawaban. tak pernah ada kata hallo yang mrmbalas dari ujung sana. bhkan seketika nomor itu lenyap dari kehidupan. ternonaktifkan.
rasa penasarankupun semakin menggeliat hebat, menusuk, menembus rasa nekadku. akupun teringat dengan rumah tua milik kakak farhan. ya semenjak hari dimana farhan benar benar menyesali perbuatannya sore itu, aku tak pernah lagi mampir ke rumah keluarga farhan, dengan harap harap cemas, harapan yang masih ku gantung setinggi langit, berharap mendapat informasi baik tentang farhan, aku mendatangi rumah yang terletak di ujung kota berdempetan dengan bangunan kuno khas belanda. rumah dimana sudah 3tahun ini menjadi tempat peraduan farhan dengan keluarganya. keluarga yang tak lagi utuh tanpa kedua orang tua dan juga kekasih tercinta. rumah yang tak pernah lagi terhias senyum dan tawa.
"tok tok tok.. assalamualaikum mas" kataku sembari menengok dari balik jendela. tak sedikitpun aku melihat jejak manusia. tak terdengar hembusan kehidupan dari balik bangunan tua itu. yang kulihat hanya debu debu tebal yang tengah berbaris rapih di perabotan rumah. sepertinya malang tak lagi dapat ku hindari, rumah keluarga farhan telah lama di tinggal tuannya. lalu kemana lagi aku dapat mencari jejak farhaaan?? akupun mencoba mengendap informasi ke kampus farhan. Universitas Airlangga. Universitas yang pernah mengenyam jejak kepemimpinan farhan sebagai senat. namun malang telah benar benar betah menggerogoti semangatku
aku masih saja melamun sembari mencoba menebak teka teki hilangnya farhan. badanku begitu lemas bersandar di meja belajar. sambil memelotot pesan misterius yang masih ku simpan di ponselku. "sekarang gue ada ditempat ternyaman sepanjang hidup gue. tempat dimana gue ngerasa airi hadir kembali dikehidupan gue" aku kembali membaca kutipan pesan dari farhan. "tempat dimana gue ngerasa airi hadir kembali?" aku teringat dengan kampung kecil tempat airi di besarkan. tempat dimana aku dan farhan pernah tinggal disana menghabiskan masa kecil kita. kampung kecil yang terletak di lereng bromo. "apakah disana farhan bersembunyi selama ini? disanakah farhan menata hatinya kembali?" pertanyaan demi pertanyaan tak kunjung menemukan jawabannya

Comments

Popular posts from this blog

Resume Buku "Zero to Hero"