Mengejar Mimpi part 1



“kepadaku cinta dia datangkan bahagia
Menghadirkan ada dari yang tiada
Hanya sebait kata yang mengutara mampu membuatku jatuh cinta
Dari monitor maya kini ceritanya nyata
Pertemuan itu hanya ada aku kamu dan cinta kita”

Pukul 11:45 Udara dingin tengah berdansa asik diiringi alunan gerimis manis yang meredam caruk maruk kendaraan yang tengah membelah jalanan. Terlihat seorang gadis cantik tengah berdiri di pelataran sebuah bangunan cagar budaya di tengah kota wali, ia hanya berdiam sembari sesekali menengok kearah kiri dan kanan jalan, menelusuri setiap sudutnya. Menelisik diantara puluhan kendaraan yang melaju dengan cepat, hatinya waswas. Entah sudah berapa kali arlojinya ia pelototi namun tetap saja seseorang itu tak juga muncul dihadapannya. 10 menit berlalu, 30 menit berselang ia masih saja berdiri dengan gerakan yang sama menoreh kearah kanan dan kiri jalanan. Hanya terdengar suara gesekan dedaunan kering yang tertiup angin, “ayo mau diantar kemana nduk?” tanya tukang becak kepadanya “mboten pak”. sudah becak kesekian kalinya yang ia tolak. Sedetik, dua detik ia menunggu berharap rasa penasarannya akan terbunuh.
Pukul 12:25 seseorang dengan motor gedenya  menghampiri gadis cantik itu “sudah lama menunggu?” penantiannya kini berbuah hasil, senyum sumringah melukis manis di wajah ayunya “lumayan” jawab gadis cantik bernama Ros itu. “kamu lapar nduk?” tanya pria itu memecahkan keheningan yang sedari tadi menguasai mereka. “lumayan mas” jawab ros termalu-malu. “kita makan empal yuk kebetulan mas juga sudah lapar”.
“Brrmm.. brmm..” motor gede membawa mereka berdua ke sebuah warung empal di pinggir jalan. “kita makan  di sini, ndak papakan?” tanya pria berperawakan besar dengan matanya yang sipit segaris bernama mas nur. “ndak jadi masalah mas” jawabku sambil melempar senyum tipis. “tik tok tik tok” keheningan kembali menguasai waktu. Sesekali aku menyeruput es kelapa muda dan kuah empal. Diam-diam mata minimlis mas nur kupergoki tengah mencuri padangan padaku. Aku hanya menunduk malu. “napa toh?” tanyaku “kamu cantik nduk, lebih cantik dari fotomu” ungkap mas nur yang semakin membuatku gugup. “koe biasa ae mas” kataku tersipu malu. “kamu masih sekolah nduk?” tanyanya kembali “iya masih kelas 2 smu, mas kerja?” “iya aku kuliah sambil kerja, biarpun penghasilanku ndak banyak tapi cukuplah buat traktir kamu empal dan es kelapa muda favoritmu ros” jawab mas nur dengan tawa uniknya yang baru ku dengar. Aku dan mas nur baru pertama bertemu, kami berkenalan lewat jejaring sosial. Selama ini ia banyak bercerita tentang pengalaman kuliahnya begitu pula aku, kami banyak bertukar cerita. “aku ini cuman tukang poto, biasa ngebolang buat cari gambar bagus. Terus gimana dengan hobi nulismu toh ros?” katanya mengawali pembicaraan “hmm.. enak yo mas kalau begitu koe bisa tau tempat-tempat bagus ya kapan-kapan ajak toh aku jalan-jalan. Ya begitulah mas hobiku cukup aku simpan dewek ae” kehangatan mulai memeluk kami tak terasa langit jingga telah terganti oleh ribuan bintang malam.
“ini pengalaman pertamaku mas, lelaki yang memberiku hari terindah. Matur nuwun yo” kataku sembari mengantar masnur ke sebuah lorong jalan. “enji sami-sami nduk, akupun sama toh seneng. Matur kesuwun mawon yo”jawabnya dengan senyuman termanis yang dimilikinya. “esuk mampir toh kerumahku, ada acara keluargaku, acara pengajian, aku mengundang sampeyan mas. Dateng yo” tawarku “insya Allah iso-iso loh. Aku balik dulu yo. assalamualaikum” ucap masnur mengakhiri pertemuan pertama kami. “waalaikumusalam” aku masih tak percaya dengan hari terindah itu, dari kejauhan aku masih saja memperhatikannya sampai punggung dan asap mogenya menghilang dari pandanganku. Aaah.. lelaki yang baru pertama aku temui itu membuatku jatuh cinta. Jatuh cinta pada keindahan Kota Cirebon yang menghadirkannya di dalam kehidupanku.
Keesokan harinya ketika pelangi pagi masih bersinar cerah, aku tengah membantu mbok, mama dan budeku menyiapkan makanan untuk para tamu. “katamu hari ini akan ada temanmu yang kesini nduk?” tanya bude padaku “iya bude” jawabku “laki-laki toh perempuan nduk?” tanya bude kembali “laki-laki bude” jawabku dengan muka memerah “walah mba ros mau bawa pacarnya toh?” tanya si mbok menggodaku. “teman si mbok bukan pacar” jawabku dengan muka yang semakin memerah. “welah calon pacar lebih tepatnya” kata mama membuatku semakin memerah seperti kepiting sehabis direbus. Obrolan ringan yang melukiskan tawa hangat di pagi istimewa itu. Tiba-tiba terdengar suara knalpot motor tengah berhenti di depan rumah “assalamualaikum” terdengar suara lelaki yang ku kenali betul. “waalaikumusalam” aku langsung membukakan pintu rumah dan mempersilakan masnur masuk.
“owala mari masuk cah bagus, silahkan duduk” sahut mama sembari mempersiapkan hidangan untuk para tamu. “enji bu, matur kesuwun” masnur pun duduk di atas tikar yang sudah digelar. Hari istimewa untuk keluargaku. Pada tanggal yang sama setiap tahunnya keluargaku selalu mengadakan pengajian seperti hari ini, memperingati hari jadi almarhum kakek tercinta. Mendoakan beliau dan juga keluarga besarku. Semua hadirin begitu hikmat dengan kitab suci yang melantun dari hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih.
Tepat ba’da ashar ketika lantunan firman Tuhan menggema dari  bangunan suci, ayah mengajak seluruh tamu untuk  sholat berjamaah. Subhanallah jiwa kami telah terbalut oleh kasih sayang Tuhan yang berlimpah, kehangatan keluarga yang selalu aku rindukan. Tiada yang lebih indah selain bermudajah kepada Pencipta bersama orang-orang terkasih. Alhamdulillah.
Acara tahunan yang ditutup dengan sholat ashar berjamaah dan dzikir yang di pimpin Ust Dzakaria memberikan ketebalan iman islam dan keharmonisan pada keluarga kami. Selepas membereskan makanan dan tikar, aku mengajak masnur mengobrol bersama keluarga besarku “aku isin toh ros, malu eh” katanya dengan raut muka yang dapat ku tebak “raiso malu toh. Sek ngobrol dulu karo bang rendra abangku” jawabku menenangkannya.
Dengan setengah hati mas nur pun mengiyakan permintaanku. Ditemani gitar milik abang ku yang tergeletak di ruang tengah, mas nur menyingkirkan  rasa gugup yang menderanya, berusaha bersikap santai. Satu buah lagu telah tuntas ia nyanyikan, tiba-tiba abangku datang menghampiri mas nur
“temannya ros?” tanya abang rendra kakak ku
 “enji mas”
“jenenge sopo? Tanya abang kembali “nur mas, nurwahid” jawab mas nur gugup “sampeyan kerja atau masih sekolah?”
“aku kerja sambil kuliah juga mas” jawab mas nur kembali
“sampeyan bisa main gitar? Coba mainkan satu lagu untukku” pinta abang rendra.  Mas nur pun memainkan satu lagu dari  penyanyi favoritnya yang juga bang rendra gilai.
“koe suka ari lasso?” tanya bang rendra dengan raut muka antusias “enji mas, mas juga toh?”

Kehangatan mulai membaur di antara bang rendra  dan mas nur. Semuanya mengalir dari sebuah lagu indah  seorang maestro legenda, ari lasso  Terimakasih  Tuhan, Kau kirimkan cinta dari langit  untuk kami. Kau kirimkannya seseorang yang menempati ruang di hati
***

Comments

Popular posts from this blog

Resume Buku "Zero to Hero"