Corona dan Upaya Mencintai Diri Sendiri



Hallo, Apa kabar dirimu hari ini? Sudahkah kamu tersenyum dan mensyukuri atas apa yang telah dimiliki?

Masih dalam masa pandemi yang memaksa ruang gerak kita dibatasi, akan selalu ada sisi positif dan negatif dari setiap peristiwa yang terjadi. Ini kisahku tiga bulan yang lalu tepat ketika pemerintah Indonesia mengumumkan status pandemi Covid-19 dan menghimbau masyarakatnya untuk berkegiatan #dirumahaja.

Hai! Sebelumnya perkenalkan namaku Ria, aku merupakan karyawan di salah satu perusahaan swasta di kotaku. Aku terlahir dari keluarga dengan latar belakang perekonomian biasa saja. Umurku masih 23 Tahun tepat ketika pandemi menyerbu bumi pertiwi di pertengahan maret lalu. Pandemi telah merubah segalanya, termasuk rencana dan kebiasaan-kebiasaanku.

Aku ingat betul, kala itu berita kedatangan Covid-19 berhembus bak bunga dandelion yang ditiup angin. Bertaburan ke seluruh dunia hanya dalam hitungan seperkian detik. Tak ada aba-aba yang memberi tanda, semuanya bak mimpi di siang bolong yang begitu nyata adanya. Semua manusia nampak kebingungan menghadapi serangan mikroba yang ukurannya tak lebih besar dari sebutir debu ini. Begitupun aku yang tak tahu harus bertanya kepada siapa tentang “seberapa berbahayakah makhluk kecil ini?”

Yang aku tau, pandemi ini telah menunda rencanaku, rencana untuk mengikuti interview kerja di salah satu instansi pemerintahan di Kota Jogjakarta. Sebuah langkah menuju impian yang telah lama didambakan. H-2 pemberangkatan aku harus me-refund tiket keretaku. Covid-19 juga memaksa bapakku yang bekerja sebagai buruh kayu serabutan untuk berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan tanpa pekerjaan. Akupun harus bekerja dari rumah dengan gaji yang dibayarkan hanya setengahnya. Pendapatan keluarga bulan-bulan itu sangatlah menurun. Tunjangan Hari Raya yang dipastikan pending serta kebutuhan rumah tangga yang meningkat menjelang bulan puasa dan lebaran. Ibuku harus pandai-pandai mengatur keuangan keluarga, disamping kami pun harus tetap menjaga kesehatan badan dan kewarasan mental.

Aku sempat depresi kala itu, dengan pendapatan yang berkurang aku harus tetap membayar kewajiban cicilan motorku setiap bulannya. Bagaimana ini? Ketika pendapatanku yang masih full saja aku masih harus berhemat apalagi dengan ini? Bagaimana aku dapat memberikan uang bulanan untuk mama? Bagaimana dengan interview kerjaku? Lalu bagaimana aku akan mengatasi rasa bosan selama di rumah aja? Pemberitaan mengenai dampak Covid-19 baik dari segi kesehatan, ekonomi dan pendidikan yang beredar di televisi dan jagat maya turut memberi andil pada kesehatan mentalku waktu itu hingga memaksa aku berpuasa sosial media selama 3 minggu.

Ingin rasanya aku marah pada keadaan. Pada kondisi yang menahan langkahku mendekat dengan mimpi. Andai Covid-19 tidak pernah ada mungkin hari itu aku telah tiba di Kota Jogjakarta dengan berkas-berkas yang sudah kusiapkan di dalam sebuah map dan aku tengah asyik mengerjakan soal-soal yang sudah aku pelajari sejak lama. Mungkin aku saat itu sedang menikmati hangatnya menyeruput kopi pletok di tengah kota jogja pada malam hari bersama seorang sahabat yang sudah lama dirindukan.

Namun aku tak boleh mengutuk keadaan. Aku berusaha menanamkan Positive Mainset dalam diriku, Bahwa Tuhan sedang menyiapkan skenario terindah untuk hamba-hamba-Nya. Tugas kita adalah hanyalah optimis dan sabar sambil terus mengasah kemampuan diri. Awalnya semua terasa berat, mengetahui bahwa Tuhan mempunyai rencana di luar rencana makhluk-Nya. Mulanya rasa sedih itu hampir menguasai hatiku, apalagi saat itu keadaan yang memaksaku harus di rumah aja dan membatasi ruang gerakku membuat perasaan sedih itu semakin berkomplikasi dengan baik.  Rasa bosan, interaksi sosial yang semakin terbatas, aktivitas yang berkurang seolah berkompromi dengan perasaan sedih dalam diri ini.

Aku harus produktif! Aku gaboleh begini saja! Setelah pandemi ini berakhir dunia telah bermetamorfosa dengan cepat, maka akupun harus turut berkembang dengan baik. Momen di rumah aja ini aku manfaatkan untuk melakukan berbagai aktivitas yang dapat mengasah kemampuan. Berbekal gadget dan kuota unlimited, aku mencari referensi agar waktu #dirumahaja bisa tetap produktif. Aku menemukan salah satu artikel dari Satu Persen tentang bagaimana menjadi produktif selama Work From Home Satu Persen Work From Home Produktif
Aku banyak belajar dari artikel tersebut tentang apa itu Work From Home, apa saja kelebihan dan kekurangan Work From Home serta bagaimana cara agar tetap produktif selama Work From Home. Dikutip dari artikel tersebut, pengertian Work From Home simpelnya adalah suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk bekerja dari rumah mereka. Dengan seksama aku menikmati tiap paragraf yang disajikan dalam website Satu Persen. Perlahan aku mulai menerima keadaanku saat itu. Akupun berfikir bahwa inilah momenku untuk berubah, membenahi sesuatu yang masih kurang dalam diriku dan mulai mencintai diriku sepenuhnya.

1.     1.   Mulai Menyusun Mimpi dan Rencana Jangka Panjang
Tahapan pertama yang aku lakukan adalah mulai kembali menyusun mimpi dan rencana jangka panjang. Aku pernah melihat salah satu video di channel Youtube Satu Persen - Indonesian Life School Cara Menentukan Tujuan Hidup (Motivasi Hidup). Dalam video tersebut dijelaskan bahwa manusia diharuskan merencanakan sebuah goals dengan SMART (Spesific, Measure, Achievable, Realistic, Timetable). Selain itu, dalam video tersebut aku diharuskan untuk tidak ber-overthinking terhadap hasil dari setiap usaha yang sedang aku lakukan. Aku harus belajar mengendalikan ragu, cemas, terlalu larut dalam pikiran negatif dan mudah terdistraksi. Langkah terakhir yang harus aku lakukan dalam menyusun mimpi jangka panjangku adalah mulai untuk belajar berkonsentrasi dan fokus.

2.       2. Mengatur Waktu Secara Efektif
Tahapan selanjutnya yang aku ambil adalah aku mulai belajar untuk mengatur waktuku selama berada di rumah aja. Aku kembali terinspirasi dari salah satu video di youtube channel SatuSatu Persen Life School Tips Membagi Waktu Secara Efektif (Hidup Dispilin dengan Mengatur Waktu). Dalam video tersebut aku diajarkan bagaimana agar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Aku mulai merefleksikan waktu yang telah aku habiskan untuk kegiatan-kegiatanku selama ini, apakah kegiatan yang telah aku lakukan selama ini membuatku bahagia dan berkembang? Kemudian aku dituntun untuk membuat rencana-rencana harian dan mingguan yang bisa aku ketik dalam note di smartphone-ku. Kegiatan tersebut tentunya harus memiliki dampak positif bagi diriku. Selain kegiatan yang membuatku produktif, aku juga membagi sebagian waktuku untuk beberapa kegiatan yang aku sukai. Hal ini penting dilakukan untuk tetap menjaga kewarasan mentalku selama di rumah aja. Aku mulai mencatat bahwa aku harus bangun lebih awal, aku harus rajin beribadah, aku harus rajin berolahraga, aku harus ke pasar membeli bumbu dan sayuran untuk kumasak, atau aku akan berkebun di pagi hari setelah ibadah, aku harus membantu mama menyelesaikan tugas-tugas rumah, aku harus mengerjakan beberapa tugas kantor, aku harus berlatih public speaking dan kegiatan-kegiatan lain yang sedang mulai aku biasakan.

3.     3.  Belajar Melakukan Kebiasaan Baru Secara Konsisten
Memulai kebiasaan baru dengan konsisten bukanlah sesuatu yang mudah. Aku juga mulai mencari tahu bagaimana cara agar dapat konsisten memulai kebiasaan baru. Aku kembali menemukan salah satu video dari channel youtube Satu Persen – Indonesian Life School tentang Mengatasi Sifat Malas (Metode Disiplin Orang Jepang). Dengan membiasakan kegiatan baru secara konsisten meskipun hanya dalam 1 menit setiap harinya akan membentuk ‘alarm’ natural dalam diri kita. ‘Alarm’ Natural inilah yang akan memberi respon pada tubuh kita ketika kita tidak melakukan aktivitas tersebut. Kumisalkan, aku sedang membiasakan diri untuk berolahraga di pagi hari setelah bangun tidur selama 5 menit setiap harinya. Jika suatu saat aku tidak melakukan olahraga di pagi hari maka tubuh akan merespon bahwa ada sesuatu yang ‘tertinggal’ dalam satu hari itu.

4.     4.   Mencoba Hidup Minimalis
Pandemi Covid-19 yang berdampak pada perekonomian keluargaku telah membawaku untuk mengenal konsep hidup minimalis. Melalui salah satu channel youtube Minimalism Indonesia Fanny Sembayang, aku belajar arti hidup minimalis yang sesungguhnya. Dari video-videonya, aku mulai belajar memahami apa saja yang menjadi kebutuhan dan mana saja yang hanya menjadi keinginanku. Aku juga mulai peduli pada issue lingkungan yang belakangan ini sering terabaikan. Aku mulai membawa bekal makanan dan minuman ke kantor, menahan keinginan yang sekiranya belum menjadi kebutuhan bagiku, mengurangi makanan yang kurang baik bagi tubuh serta melakukan pola hidup sehat lainnya.

5.     5.  Menikmati Proses Yang Ada
Perlahan namun pasti aku mulai merasakan bahwa momen #dirumahaja ternyata memiliki banyak dampak positif bagi diriku. Kini aku memiliki kebiasaan baru yang berdampak baik untuk aku di masa depan, aku mulai memikirkan dan merencanakan mimpi jangka panjangku, aku dapat menjaga kesehatanku dan aku memiliki banyak quality time yang bisa kuhabiskan bersama keluargaku.
Inilah salah satu bentuk aku mencintai diriku tanpa syarat, berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan memandang sebuah masalah dari sisi positif. Aku selalu percaya bahwa apa yang kita sampaikan pada tubuh kita melalui pikiran akan memberikan hasil yang serupa dari pesan yang kita sampaikan tersebut. Ketika aku berusaha menyampaikan dan menanamkan pesan positif pada tubuku, maka aku percaya hal-hal positif akan datang ke padaku.

Hai pandemi! Aku akan berterimakasih kepadamu sebab dari semua permasalahan yang kamu bawa, aku telah belajar banyak hal. Terimakasih diriku, yang telah tak pernah menyerah dengan keadaan. Terimakasih Satu Persen telah menjadi teman dalam berproses. Terimakasih Tuhan, aku percaya rencana-Mu adalah yang terindah.

#SatuPersenBlogCompetition


Liat juga videoku di
Instagram: www.instagram.com/riarostika

Comments

Popular posts from this blog

Resume Buku "Zero to Hero"