Untuk sepotong hati

Gelak renyah tawa itu perlahan mulai menghilang. Mungkin sudah terbawa hembusan angin entah kemana. Atau hanyut terbawa aliran hujan yang muaranya tak pasti kemana. Semuanya seperti tak berbekas, membias tanpa jejak. Bahkan jangan harap aku mampu memungut sisa-sisa bahagia yang pernah tercipta dulu. Karena kisah itu sudah usai sejak beberapa waktu yang lalu.
Senja itu aku menelurusi lorong jalan tempat biasa kita bertemu, tak ada jejakmu sore itu. Bahkan aroma parfummu yang kerap menyengat, memenuhi seisi lorong pun kini sudah tak lagi tercium wanginya. Jejakmu menghilang terbawa angin yang berhembus di kelokan jalan. Langkahku terhenti tepat dimana kamu pernah mencium keningku dalam-dalam. Aku merasakan udara begitu hangat kala itu, menyatukan rindumu dan rinduku yang telah lama tak bertaut. Ah ya itu dulu, saat kata cinta masih meluncur manis dari bibirmu. Saat sebab bahagiaku adalah kamu. Kini semuanya telah berbeda setelah beberapa waktu kamu pergi bersama kenangan yang masih kamu tinggalkan di sini. Membekas tanpa pemilik lagi.
Aku masih mematung di tempat yang sama. Mengingat kembali kenangan yang telah terkubur lama. Apa kabar kamu? Tidak inginkah kamu kembali membawa sepenggal hati yang kau tinggalkan?

Comments

Popular posts from this blog

Resume Buku "Zero to Hero"