stalking2
Sepotong pagi
yang cukup cerah itu seperti biasanya ku awali dengan harapan dan doa, “Tuhan
semoga rahmat dan berkahmu selalu menyertaiku, menyertai orang-orang yang
kukasihi. Amin. Menyertainya.. Ahmat..”
ucapku lirih dengan nada yang menurun. Ah sial ! lagi-lagi dan lagi pikiranku
tak bisa terlepas dari lelaki berbadan tegap itu. Lelaki yang pernah menjadi
lakon didalam drama pendekku. Lelaki yang dengan lancangnya telah merobek
hatiku. Dia mantan kekasihku.
“Sudahlah tak
baik pikiran ini merusak hari pertama liburanku.” kataku dalam hati berusaha
membuyarkan pikiran-pikiran yang tak aku inginkan ini. Sepiring nasi goreng
plus telur mata sapi dan teh hangat andalan ibuku menemani breakfastku hari ini.
Yummy cukup membius cacing-cacing diperutku yang sedari subuh terus berdemo
anarkis. Alhamdulillah pagi itu aku sempatkan berolahraga di sekitar kompleks
rumahku. Yaa liburan semester ini hanya ku habiskan bersama mama, ayah dan
abang satu-satuku, abang jelek yang setiap pagi selalu megusiliku dan
menganggapku masih anak-anak. Kami hanya berdiam manis dirumah sembari
mengerjakan rutinitas harian. maklum setiap tahunnya kami tak memiliki jadwal
liburan karena kesibukan kedua orangtuaku dan abangku yang tak bisa
meninggalkan kantornya.
Mentari rasanya
telah menyingsing menuju ubun-ubun. Udara pun semakin memanas. Aku yang sedari
pagi tak memiliki aktivitas apa-apa kembali terusik oleh pertanyaan-pertanyaan
kemarin yang masih menyambung bak sinetron lawas yang alurnya masih menderet
panjang, belum terselesaikan. Iseng aku buka laptopku, ku nyalakan dan ku
operasikan ke jejaring sosial twitter. Namun maha sial lelaki itu kembali
mematahkan semangatku. Pertanyaan itu kembali membludak dan mengalir deras
membentuk melodi metal yang mengoyak otakku fyuuh..
“Diaaa!! Apa
dia Cuma dipermainkan oleh wanita itu? Nyatanya mention-mention dia tak sering
digubrisnya, lalu mengapa wanita itu mau ia ajak untuk bertemu??” kataku tanpa
terasa aku melafalkan pertanyaanku itu dengan suara keras hingga terdengar oleh
ibuku. “dia siapa??” tanya ibu menyeletuk “ah ibu bukan siapa siapa kok, ibu kepo nihh” jawabku
tersipu malu
“sudahlah
untuk apa aku mengurusi hidupnya, hidup mereka. hidup manusia maha nista
seperti ia. Lelaki tolol !!” cemoohku kesal dalam hati. Ku tutup layar tab
twitter itu dan ku alihkan ke blog pribadiku. Menulis, mengisi liburan
dengan menulis adalah ide brilian para blogmaker yang sedang gudah gulana
karena kesingelannya (bahasa bekennya jomblo gitu deeeh..), para wanita elit
yang selektif dan pilih-pilih pasangan bahkan segan untuk berkenalan dengan
orang baru, yaa itulah alasannya mengapa mereka betah dengan kesingelannya,
termasuk aku.
Jemariku menari
apik diatas keyboard laptop. Suara “tik..” yang acapkali terdengar saat aku
menyentuh bidang-bidang bujur sangkar kecil di keyboard laptopku, suara yang menurutku
adalah melodi termerdu yang dihasilkan dari sebuah alat rekayasa manusia. Alat yang
menggantikan posisi ‘kekasih hati’ bahkan belahan jiwa yang setianya selalu
menemani senyapku.
Sepertinya waktu
tak bisa ku mainkan. Ia terus berputar hingga menggiring mentari untuk menutup
pilar jingganya, Maha agung, cantik sekali. Dan akupun harus menghentikan deretan
huruf yang memanjang sedari siang dengan ending cerita “kini saat Tuhan
menutup pilar jingganya, apakah akan ada cinta lagi setelah sunsetMu hilang
bersama waktu?”. Ending bisu, yang tak memiliki jawaban. karena hanya waktu
dan hatimu yang akan menjawab semua pertanyaan yang menggelitik ini. Selamat petang
cinta, selamat terbang bebas mengangkasa karena aku masih menunggumu disudut
barat sunset jingga
Comments
Post a Comment